CERITA TENTANG KITA SEMUA
ADA ILMU,PENGALAMAN KEHIDUPAN,PETUAH - PETUAH,ADA JUGA PENDIDIKAN,NASEHAT SEBAGAI SEORANG IBU ADA JUGA, MAU KONSULTASI MASALAH KELUARGA MULAI DARI CALON PENGANTIN SAMPAI DENGAN PERAWATAN LANSIA JUGA BOLEH, AYO KITA SAMA - SAMA BERBAGI INFORMASI, AGAR KITA DAPAT MENJALANKAN AMANAH YANG TERSIRAT DI DALAM ALQUR'AN
cari sesukamu
Selamat bergabung di Cerita tentang Kita semua.
Selamat bergabung di Cerita tentang Kita semua,kalau ada yang mau bergabung,berbagi pengalaman,menyampaikan pesan atau wejangan ayoo,mari kita isi bersama Blogger ini yaa,terimakasih telah membuka blogger ini.
PUTRIKU YANG "AYU"
ANANDA KU GANTENGKAN???
Senin, 10 Januari 2011
Selasa, 21 Desember 2010
MEMPERINGATI HARI IBU,HARI KITA SEMUA KAUM IBU
Hari ibu adalah hari kebangkitan perempuan Indonesia dan merupakan persatuan dan kesatuan kaum perempuan yang tidak terpisahkan dari kebangkitan dan perjuangan bangsa.
Perjuangan perempuan agar bebas dari segala bentuk tindak kekerasan, diwujudkan dalam bentuk kesetaraan dan keadilan dalam segenap aspek kehidupan. Untuk itu, peringatan Hari Ibu perlu diwujudkan dalam berbagai kegiatan sebagai kelanjutan perjuangan persatuan kaum perempuan Indonesia.
Peringatan Hari Ibu ke-82 tahun 2010 ini mengambil tema dan slogan sebagaiaman Buku Pedoman Peringatan Hari Ibu Ke-82 Tahun 2010 yang diterbitkan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai berikut:
Tema Utama: Kesetaraan Perempuan dan laki-laki untuk membangun karakter bangsa dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan bermartaba.
Sub Tema: Dengan semanagat Hari Ibu ke-82, kita membangun sinergitas antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan swasta dalam:
1. Peningkatan upaya pembentukan karakter bangsa melalui pendidikan sejak dini;
2. Peningkatan upaya pembentukan karakter bangsa melalui pendidikan yang dimulai dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat;
3. peningkatan penghargaan dan toleransi terhadap kemajemukan suku, umat beragama, ras, antargolongan, dan gender;
4. peningkatan penghapusan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan sebagai bagian dari upaya mewujudkan peradaban bangsa;
5. peningkatan kesetaraan perempuan dan laki-laki sebagai prasyarat untuk membangun karakter bangsa, mewujudkan masyarakat yang sehat dan bermartabat;
6. peningkatan kesadaran pentingnya peran perempuan dan laki-laki dalam mengatasi gizi buru;
7. peningkatan solidaritas social dengan melakukan kegiatan donor darah.
Slogan PHI 2010
1. Perempuan dan laki-laki Indonesia membentuk dan menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkarakter, berakhlak mulia, sehat dan bugar;
2. Libatkan perempuan dan laki-laki dalam penangulangan kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di pedesaan;
3. tingkatkan peran perempuan sebagai penggerak sektor riil, usaha mikro, kecil dan menengah dalam penanggulanagn kemiskinan;
4. Hapus segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan perempuan, dan anak;
5. perang terhadap bahaya narkoba dan HIV/AIDS;
6. waspadai kerusakan lingkungan, bencana alam, dan konflik sosial yang membawa penderitaan bagi perempuan dan anak;
7. Hemat energi dan gunakan energi pengganti, merupakan tindakan bijak perempuan dan laki-laki Indonesia;
8. setetes darah sangat berguna bagi yang membutuhkan
Sedikit kata -kata yang mugkin akan membuat kaum ibu bangga sebagai IBU
Wanita cantik, kekuatannya tertempa melalui proses kehidupan
Mampu bersabar saat tertekan,tetap tersenyum disaat hati menangis
Diam saat terhina,mempesona karena memaafkan.
Wanita cantik,mengasihi tampa pamrihdan bertambahkuat di dalam do'a dan pengharapan
Khusus untuk ibu - ibu yang cantik seperti cantik hatinya.
" SELAMAT HARI IBU, SEMOGA ANDA BANGGA MENJADI SEORANG IBU "
Senin, 06 Desember 2010
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja di Provinsi Bengkulu Masih Rendah
WHO mendefinisikan masa remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak
ke masa dewasa dengan batasan usia 10-24 tahun, kesehatan usia 15 – 24
tahun.
Hasil proyeksi Supas 2005 jumlah remaja di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010
sejumlah 686.998 atau 40,10 % dari 1.713.393 jumlah sementara penduduk Provinsi Bengkulu
sensus penduduk 2010.
Masa remaja penuh permasalahan, remaja merupakan masa badai dan tekanan (strom and
stress);”Stanley Hall”, Pendapat lain masa remaja terjadi krisis identitas atau pencarian identitas
diri yang meliputi identity diffusion/confussion, moratorium, foreclosure dan identity
achieved”(Santrock, 2003, Papalia dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1998).
Setiap orang dijamin haknya untuk
dapat memiliki kemampuan dan kebebasan
untuk bereproduksi sesuai dengan yang
diinginkan. Sistem, fungsi dan proses
reproduksi mencapai kondisi sejahtera secara
fisik, mental dan sosial manakala didukung
pengetahuan dan pemahaman yang baik
terhadap kesehatan reproduksi.
Akil baligh menunjukkan organ dan
sistem reproduksi manusia telah berfungsi,
ditandai perubahan fisik dan non fisik.
Perubahan fisik berupa tumbuhnya rambut
disekitar kelamin dan ketiak, otot membesar,
suara membesar, pinggul dan payudara
membesar dan lain-lain. Perubahan non fisik
biasa ditandai menstruasi pada perempuan
dan mimpi basah pada laki-laki.
Dengan matangnya organ seksual
akan mengakibatkan munculnya dorongan
seksual, problemanya bagaimana
mengendalikan dorongan seksual bila
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
rendah.
Hasil Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007,
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
remaja pria di Provinsi Bengkulu terhadap ciri
akil balik dibandingkan remaja wanita rendah.
Tanda Akil Baligh Anak Laki-laki.
Pengetahuan remaja terhadap ciri akil
baligh masih terbatas pada perubahan fisik.
Ciri non fisik seperti menstruasi dan mimpi
basah belum banyak diketahui, terutama
remaja laki-laki. Pengetahuan remaja
perempuan terhadap menstruasi relatif tinggi,
namun remaja laki-laki masih rendah. Remaja
laki-laki yang mengetahui mimpi basah sekitar
16,9 persen, sedangkan yang merasa tidak
tahu perubahan tanda akil baligh sekitar 36
persen. Remaja perempuan yang mengetahui
mimpi basah 26,2 persen dan sekitar 18,2
persen menyatakan tidak tahu tanda akil
baligh. Remaja yang mengetahui hanya
w
Wanita Pria
Fisik 14,5 35,1
Mimpi Basah 26,2 16,9
Lainnya 41,1 12
Tidak Tahu 18,2 36
2
sebatas ciri-ciri fisik pada akil baligh laki-laki
pada remaja pria sebesar 35,1 persen dan
perempuan 14,5 persen.
Pengetahuan remaja wanita tentang
perubahan fisik laki-laki tertinggi perubahan
suara 58,4 persen, sedangkan untuk remaja
pria sebesar 26,6 persen.
Menstruasi menjadi ciri berfungsinya
sistem reproduksi pada wanita. Remaja lakilaki
yang mengetahui menstruasi sekitar 1,3
persen dan remaja perempuan sekitar 6,5
persen. Pengetahuan terhadap menstruasi
semakin meningkat seiring dengan
peningkatan umurnya, karena mereka pernah
mengalami menstruasi.
Pada hasil survey yang sama,
sebesar 29,2 % remaja pria mendapatkan
mimpi basah pertama kali umur 15 tahun ,
disusul umur 14 tahun sebesar 17,5 %,
sedangkan remaja wanita umur tertinggi
mendapatkan haid pertama kali umur 13
sebesar 29,2% disusul umur 14 tahun 25,2
persen.
Penyediaan informasi mengenai
kesehatan reproduksi bagi remaja memang
masih sangat terbatas. Selama ini informasi
mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja
masih terbatas berasal dari teman sebayanya,
yang mana tingkat pengetahuan dari teman
informasi yang diterima remaja tersebut
apakah sudah benar dan tepat. Keluarga dan
guru serta dari jajaran kesehatan yang
seharusnya berperan sebagai filter terhadap
informasi reproduksi belum maksimal.
Remaja di Provinsi Bengkulu hasil
SKRRI tahun 2007 yang mendapatkan
pengetahuan tentang perubahan fisik rata-rata
tertinggi dari kawan informasi tersebut didapat
masing-masing remaja wanita sebesar 47,9
persen dan remaja pria 38,5 persen, disusul
dari informasi tentang perubahan fisik berasal
dari guru untuk remaja wanita 48,8 persen dan
remaja pria 27 persen.
Remaja wanita lebih terbuka terhadap
ibu membahas masalah perubahan fisik
sebesar 38 persen dibandingkan remaja pria
0,7 persen, sedangkan ayah sebagai orang
tua kurang ada komunikasi dalam keluarga
membahas masalah perubahan fisik remaja,
remaja wanita yang melakukan komunikasi
dengan ayah hanya 3,5 persen dan untuk
remaja pria 1,2 persen.
Buku/majalah/surat kabar media
tertinggi dalam menyebarkan masalah remaja
baik wanita (12,8 persen) dan pria (3 persen)
disusul televise (7,2 persen dan 2,4 persen)
Wanita Pria
Kawan 47,9 38,5
Ibu 38 0,7
Ayah 3,5 1,2
Saudara Kandung 13 0,8
Kerabat 4,4 7,1
Guru 48,8 27
Petugas Kesehatan 0,6 2,8
Pemimpin Agama 0,4 0,7
Televisi 7,2 2,4
Radio 1,3 0,6
Buku/majalah/surat kabar 12,8 3
Wanita Pria
Fisik 57,5 46,4
Menstruasi 6,5 1,3
Lainnya 31,4 5,3
Tidak Tahu 4,6 47
3
Remaja pria yang pernah
mendiskusikan mengenai mimpi basah
tertinggi pada temannya sebesar 33,2 persen
dan 63,6 persen tidak pernah mendiskusikan
masalah mimpi basah, hanya 0,8 persen
mendiskusikan dengan ayah sedangkan untuk
ibu dan tenaga kesehatan tidak pernah
mendiskusikan, diskusi pada tenaga guru
sebesar 7 persen.
Pada kelompok remaja wanita
mendiskusikan tentang haid pada ibu tertinggi
(68,9 persen) disusul teman 26,4 persen,
hanya 0,4 persen yang mendiskusikan dengan
guru, 18,6 persen tidak satupun.
Rendahnya pengetahuan dan sikap
atas kesehatan reproduksi akan berdampak
pada perilaku terhadap hubungan seksual pra
nikah. Hubungan seks di luar pernikahan
menunjukkan tidak adanya rasa tanggung
jawab dan memunculkan rentetan persoalan
baru yang menyebabkan gangguan fisik dan
psikologis. Bahaya tindakan aborsi,
menyebarnya penyakit menular seksual,
rusaknya institusi pernikahan, serta
ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan
keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan
kebebasan hanya akan merusak tatanan
keluarga dan melahirkan generasi yang
terjauh dari sendi-sendi agama.
Hasil Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja (SKRRI) tahun 2007, dari responden
remaja wanita di Provinsi Bengkulu yang
setuju bahwa wanita melakukan hubungan
seksual sebelum menikah sebesar 0,7 persen
dan untuk pria 1,4 persen, sedangkan
pendapat dari responden remaja pria yang
menyatakan setuju wanita melakukan seksual
sebelum menikah 4,1 persen untuk pria 9,0
persen, alasan tertinggi karena menyukai
hubungan seksual 75,5 persen selanjutnya
merencanakan untuk menikah 74,4 persen.
Pandangan sebagian remaja yang
setuju melakukan hubungan seksual pra
nikah, menyebabkan sebagian remaja di
Provinsi Bengkulu telah melakukan hubungan
seksual pra nikah.
Remaja wanita 0,4 persen telah
melakukan hubungan seksual pra nikah
dengan umur dibawah 15 tahun, berada di
wilayah perdesaan 0,5 persen, dengan tingkat
pendidikan tidak tamat SMTA 0,6 persen.
Remaja pria yang telah melakukan
hubungan seksual pra nikah 20,4 persen,
sebesar 1,9 persen dilakukan dibawah umur
15 tahun dan tertinggi dilakukan pada umur
diatas 20 tahun sebesar 3,5 persen. Remaja
pria di perkotaan yang telah melakukan
hubungan seksual pra nikah sebesar 24,6
persen sedangkan sebesar 3 persen.
Remaja Pria tamatan SMTA keatas
tertinggi melakukan hubungan seksual pra
nikah sebesar 16,7 persen, disusul tidak tamat
4
SMTA 9,3 persen, tamat SD 2,5 persen dan
tidak sekolah/tidak tamat SD 2,2 persen.
Alasan yang disampaikan melakukan
hubungan seksual pra nikah tertinggi, karena
terjadi begitu saja 39,7 persen, disusul
penasaran ingin tahu 27,3 persen, pengaruh
teman 6,1 persen serta alasan lainnya 27
persen
Rekomendasi :
1. Sekolah merupakan institusi yang
tepat untuk memberikan pengetahuan
kepada remaja tentang kesehatan
reproduksi. Karena guru merupakan
sosok orang yang tepat dalam
menerangkan masalah reproduksi
yang sehat.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja pada
keluarga yang mempunyai anak
remaja melalui revitalisasi kelompok
Bina Keluarga Remaja dan PIK
Remaja, Kelompok KB Pria.
3. Menguatkan lembaga-lembaga
swadaya masyarakat baik tingkat RT,
Desa/Kelurahan dan institusi lainnya
tentang arti penting kesehatan
reproduksi remaja dan penanganan
ya.
4. Meningkatkan perilaku kesehatan
reproduksi pada remaja perdesaan
melalui kegiatan ekonomi
produksi/kesempatan kerja.
5. Penyebaran informasi tentang
kesehatan reproduksi remaja selain
melalui PIK Remaja, Risma, Karang
Taruna juga kelompok remaja rentan
(kelompok gang motor, punk dll)
dibawah bimbingan Institusi terkait
(Pemda, Bidan Desa, LSM).
6. Memasukkan ke dalam kurikulum
sekolah sejak dini (SD) tanpa
mengganggu kurikulum yang sudah
ada.
7. Meningkatkan baik kuantitas dan
kualitas konselor sebaya dan peer
group
8. Penyebaran materi Kespro melalui
media televesi, Surat kabar, media
tradisional
Agus. Bkl
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
Indonesia, 2007
ke masa dewasa dengan batasan usia 10-24 tahun, kesehatan usia 15 – 24
tahun.
Hasil proyeksi Supas 2005 jumlah remaja di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010
sejumlah 686.998 atau 40,10 % dari 1.713.393 jumlah sementara penduduk Provinsi Bengkulu
sensus penduduk 2010.
Masa remaja penuh permasalahan, remaja merupakan masa badai dan tekanan (strom and
stress);”Stanley Hall”, Pendapat lain masa remaja terjadi krisis identitas atau pencarian identitas
diri yang meliputi identity diffusion/confussion, moratorium, foreclosure dan identity
achieved”(Santrock, 2003, Papalia dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1998).
Setiap orang dijamin haknya untuk
dapat memiliki kemampuan dan kebebasan
untuk bereproduksi sesuai dengan yang
diinginkan. Sistem, fungsi dan proses
reproduksi mencapai kondisi sejahtera secara
fisik, mental dan sosial manakala didukung
pengetahuan dan pemahaman yang baik
terhadap kesehatan reproduksi.
Akil baligh menunjukkan organ dan
sistem reproduksi manusia telah berfungsi,
ditandai perubahan fisik dan non fisik.
Perubahan fisik berupa tumbuhnya rambut
disekitar kelamin dan ketiak, otot membesar,
suara membesar, pinggul dan payudara
membesar dan lain-lain. Perubahan non fisik
biasa ditandai menstruasi pada perempuan
dan mimpi basah pada laki-laki.
Dengan matangnya organ seksual
akan mengakibatkan munculnya dorongan
seksual, problemanya bagaimana
mengendalikan dorongan seksual bila
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
rendah.
Hasil Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007,
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
remaja pria di Provinsi Bengkulu terhadap ciri
akil balik dibandingkan remaja wanita rendah.
Tanda Akil Baligh Anak Laki-laki.
Pengetahuan remaja terhadap ciri akil
baligh masih terbatas pada perubahan fisik.
Ciri non fisik seperti menstruasi dan mimpi
basah belum banyak diketahui, terutama
remaja laki-laki. Pengetahuan remaja
perempuan terhadap menstruasi relatif tinggi,
namun remaja laki-laki masih rendah. Remaja
laki-laki yang mengetahui mimpi basah sekitar
16,9 persen, sedangkan yang merasa tidak
tahu perubahan tanda akil baligh sekitar 36
persen. Remaja perempuan yang mengetahui
mimpi basah 26,2 persen dan sekitar 18,2
persen menyatakan tidak tahu tanda akil
baligh. Remaja yang mengetahui hanya
w
Wanita Pria
Fisik 14,5 35,1
Mimpi Basah 26,2 16,9
Lainnya 41,1 12
Tidak Tahu 18,2 36
2
sebatas ciri-ciri fisik pada akil baligh laki-laki
pada remaja pria sebesar 35,1 persen dan
perempuan 14,5 persen.
Pengetahuan remaja wanita tentang
perubahan fisik laki-laki tertinggi perubahan
suara 58,4 persen, sedangkan untuk remaja
pria sebesar 26,6 persen.
Menstruasi menjadi ciri berfungsinya
sistem reproduksi pada wanita. Remaja lakilaki
yang mengetahui menstruasi sekitar 1,3
persen dan remaja perempuan sekitar 6,5
persen. Pengetahuan terhadap menstruasi
semakin meningkat seiring dengan
peningkatan umurnya, karena mereka pernah
mengalami menstruasi.
Pada hasil survey yang sama,
sebesar 29,2 % remaja pria mendapatkan
mimpi basah pertama kali umur 15 tahun ,
disusul umur 14 tahun sebesar 17,5 %,
sedangkan remaja wanita umur tertinggi
mendapatkan haid pertama kali umur 13
sebesar 29,2% disusul umur 14 tahun 25,2
persen.
Penyediaan informasi mengenai
kesehatan reproduksi bagi remaja memang
masih sangat terbatas. Selama ini informasi
mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja
masih terbatas berasal dari teman sebayanya,
yang mana tingkat pengetahuan dari teman
informasi yang diterima remaja tersebut
apakah sudah benar dan tepat. Keluarga dan
guru serta dari jajaran kesehatan yang
seharusnya berperan sebagai filter terhadap
informasi reproduksi belum maksimal.
Remaja di Provinsi Bengkulu hasil
SKRRI tahun 2007 yang mendapatkan
pengetahuan tentang perubahan fisik rata-rata
tertinggi dari kawan informasi tersebut didapat
masing-masing remaja wanita sebesar 47,9
persen dan remaja pria 38,5 persen, disusul
dari informasi tentang perubahan fisik berasal
dari guru untuk remaja wanita 48,8 persen dan
remaja pria 27 persen.
Remaja wanita lebih terbuka terhadap
ibu membahas masalah perubahan fisik
sebesar 38 persen dibandingkan remaja pria
0,7 persen, sedangkan ayah sebagai orang
tua kurang ada komunikasi dalam keluarga
membahas masalah perubahan fisik remaja,
remaja wanita yang melakukan komunikasi
dengan ayah hanya 3,5 persen dan untuk
remaja pria 1,2 persen.
Buku/majalah/surat kabar media
tertinggi dalam menyebarkan masalah remaja
baik wanita (12,8 persen) dan pria (3 persen)
disusul televise (7,2 persen dan 2,4 persen)
Wanita Pria
Kawan 47,9 38,5
Ibu 38 0,7
Ayah 3,5 1,2
Saudara Kandung 13 0,8
Kerabat 4,4 7,1
Guru 48,8 27
Petugas Kesehatan 0,6 2,8
Pemimpin Agama 0,4 0,7
Televisi 7,2 2,4
Radio 1,3 0,6
Buku/majalah/surat kabar 12,8 3
Wanita Pria
Fisik 57,5 46,4
Menstruasi 6,5 1,3
Lainnya 31,4 5,3
Tidak Tahu 4,6 47
3
Remaja pria yang pernah
mendiskusikan mengenai mimpi basah
tertinggi pada temannya sebesar 33,2 persen
dan 63,6 persen tidak pernah mendiskusikan
masalah mimpi basah, hanya 0,8 persen
mendiskusikan dengan ayah sedangkan untuk
ibu dan tenaga kesehatan tidak pernah
mendiskusikan, diskusi pada tenaga guru
sebesar 7 persen.
Pada kelompok remaja wanita
mendiskusikan tentang haid pada ibu tertinggi
(68,9 persen) disusul teman 26,4 persen,
hanya 0,4 persen yang mendiskusikan dengan
guru, 18,6 persen tidak satupun.
Rendahnya pengetahuan dan sikap
atas kesehatan reproduksi akan berdampak
pada perilaku terhadap hubungan seksual pra
nikah. Hubungan seks di luar pernikahan
menunjukkan tidak adanya rasa tanggung
jawab dan memunculkan rentetan persoalan
baru yang menyebabkan gangguan fisik dan
psikologis. Bahaya tindakan aborsi,
menyebarnya penyakit menular seksual,
rusaknya institusi pernikahan, serta
ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan
keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan
kebebasan hanya akan merusak tatanan
keluarga dan melahirkan generasi yang
terjauh dari sendi-sendi agama.
Hasil Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja (SKRRI) tahun 2007, dari responden
remaja wanita di Provinsi Bengkulu yang
setuju bahwa wanita melakukan hubungan
seksual sebelum menikah sebesar 0,7 persen
dan untuk pria 1,4 persen, sedangkan
pendapat dari responden remaja pria yang
menyatakan setuju wanita melakukan seksual
sebelum menikah 4,1 persen untuk pria 9,0
persen, alasan tertinggi karena menyukai
hubungan seksual 75,5 persen selanjutnya
merencanakan untuk menikah 74,4 persen.
Pandangan sebagian remaja yang
setuju melakukan hubungan seksual pra
nikah, menyebabkan sebagian remaja di
Provinsi Bengkulu telah melakukan hubungan
seksual pra nikah.
Remaja wanita 0,4 persen telah
melakukan hubungan seksual pra nikah
dengan umur dibawah 15 tahun, berada di
wilayah perdesaan 0,5 persen, dengan tingkat
pendidikan tidak tamat SMTA 0,6 persen.
Remaja pria yang telah melakukan
hubungan seksual pra nikah 20,4 persen,
sebesar 1,9 persen dilakukan dibawah umur
15 tahun dan tertinggi dilakukan pada umur
diatas 20 tahun sebesar 3,5 persen. Remaja
pria di perkotaan yang telah melakukan
hubungan seksual pra nikah sebesar 24,6
persen sedangkan sebesar 3 persen.
Remaja Pria tamatan SMTA keatas
tertinggi melakukan hubungan seksual pra
nikah sebesar 16,7 persen, disusul tidak tamat
4
SMTA 9,3 persen, tamat SD 2,5 persen dan
tidak sekolah/tidak tamat SD 2,2 persen.
Alasan yang disampaikan melakukan
hubungan seksual pra nikah tertinggi, karena
terjadi begitu saja 39,7 persen, disusul
penasaran ingin tahu 27,3 persen, pengaruh
teman 6,1 persen serta alasan lainnya 27
persen
Rekomendasi :
1. Sekolah merupakan institusi yang
tepat untuk memberikan pengetahuan
kepada remaja tentang kesehatan
reproduksi. Karena guru merupakan
sosok orang yang tepat dalam
menerangkan masalah reproduksi
yang sehat.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja pada
keluarga yang mempunyai anak
remaja melalui revitalisasi kelompok
Bina Keluarga Remaja dan PIK
Remaja, Kelompok KB Pria.
3. Menguatkan lembaga-lembaga
swadaya masyarakat baik tingkat RT,
Desa/Kelurahan dan institusi lainnya
tentang arti penting kesehatan
reproduksi remaja dan penanganan
ya.
4. Meningkatkan perilaku kesehatan
reproduksi pada remaja perdesaan
melalui kegiatan ekonomi
produksi/kesempatan kerja.
5. Penyebaran informasi tentang
kesehatan reproduksi remaja selain
melalui PIK Remaja, Risma, Karang
Taruna juga kelompok remaja rentan
(kelompok gang motor, punk dll)
dibawah bimbingan Institusi terkait
(Pemda, Bidan Desa, LSM).
6. Memasukkan ke dalam kurikulum
sekolah sejak dini (SD) tanpa
mengganggu kurikulum yang sudah
ada.
7. Meningkatkan baik kuantitas dan
kualitas konselor sebaya dan peer
group
8. Penyebaran materi Kespro melalui
media televesi, Surat kabar, media
tradisional
Agus. Bkl
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
Indonesia, 2007
Meraih kesuksesan setelah melewati kesulitan
Sabtu, 04 Desember 2010
Aku sebagai seorang ibu.
Setelah aku tau bahwa aku hamil betapa bahagianya aku,karena telah dipercaya oleh Allah SWT untuk menitipkan seseorang baby di rahim ku.Betapa tidak rahim yang artinya salah satu sifat dari Allah SWT ada dalam tubuhku dan Alhamdulillah dapat bermanfaat dalam proses tumbuh kembang my baby.Bukan itu saja akupun merasa telah sempurna menjadi calon ibu bagi anakku, subhanallah betaba besar nikmat dan rakhmat yang Kau berikan pada hambamu ini yaa Allah.
Setelah waktu semakin dekat tuk melahirkan bayi ku, aku merasa akan bertarung, berperang,yang aku sendiri tak tau bagaimana nanti aku menghadapi perang tersebut,namun aku semakin yakin karena engkau menghadirkan orang - orang yang aku sayangi(bapak,ibu,suami,dan seorang bibi yg setia mengurusiku) hadir disampingku dalam menghadapi perang tersebut,sakit yang tidak ada obatnya,menangispun tidak akan mengurangi sakit yang ku derita,termasuk berbagai obat yang masuk melalui urat - urat nadiku,semua tidak dapat mengobatinya,antara hidup dan mati aku tetap bertahan dalam rasa kesakitan yang amat luar biasa itu dan tampa ku sadari ada kekuatan yang amat besar mendorong tenaga yang ada di tubuhku ini sehingga secara tiba - tiba aku mendengar suara bayi yang tampa ku sadari proses persalinan itu sudah selesai.
Alhamdulillah mulai saat itupun aku sudah resmi menjadi seorang ibu dan yang penting sebagai seorang wanita aku telah menjadi wanita yang sempurna bagi suami dan anak - anak ku.
Sekarang sejalan dengan berlalunya usia perkawinan ku aku sudah mempunyai anak 4 orang yang masing masing 2 laki laki dan 2 wanita,Alhamdulillah.
Semoga Allah selalu memberikan perlindungan bagi kami senua dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat nanti. Amiiin
Setelah waktu semakin dekat tuk melahirkan bayi ku, aku merasa akan bertarung, berperang,yang aku sendiri tak tau bagaimana nanti aku menghadapi perang tersebut,namun aku semakin yakin karena engkau menghadirkan orang - orang yang aku sayangi(bapak,ibu,suami,dan seorang bibi yg setia mengurusiku) hadir disampingku dalam menghadapi perang tersebut,sakit yang tidak ada obatnya,menangispun tidak akan mengurangi sakit yang ku derita,termasuk berbagai obat yang masuk melalui urat - urat nadiku,semua tidak dapat mengobatinya,antara hidup dan mati aku tetap bertahan dalam rasa kesakitan yang amat luar biasa itu dan tampa ku sadari ada kekuatan yang amat besar mendorong tenaga yang ada di tubuhku ini sehingga secara tiba - tiba aku mendengar suara bayi yang tampa ku sadari proses persalinan itu sudah selesai.
Alhamdulillah mulai saat itupun aku sudah resmi menjadi seorang ibu dan yang penting sebagai seorang wanita aku telah menjadi wanita yang sempurna bagi suami dan anak - anak ku.
Sekarang sejalan dengan berlalunya usia perkawinan ku aku sudah mempunyai anak 4 orang yang masing masing 2 laki laki dan 2 wanita,Alhamdulillah.
Semoga Allah selalu memberikan perlindungan bagi kami senua dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat nanti. Amiiin
Kiat Pembuatan Database sederhana bagi pemula.
DASAR PEMBUATAN APLIKASI
DENGAN ACCESS 2007
KIAT PEMBUATAN DATABASE SEDERHANA
1.Membuat Database
2.Membuat Tabel
3.Membuat Form
Database atau basis data adalah sebuah media penyimpanan yang harus digunakan dalam membangun system. Manfaat database adalah mempermudah pengguna aplikasi dalam mengolahdata yang sangat banyak. Pengolahan data base dapat berupapenambahan data,pengeditan data,dan penghapusan data.
Pengolahan database dapat menghasilkan informasi yang penting bagi suatu organisasi atau suatu perkantoran yang berbentuk laporan – laporan sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
ISTILAH – ISTILAH YANG BIASA DIGUNAKAN DALAM MICROSOFT ACCESS
Form,digunakan sebagaiinput data.
Query, digunakan untuk melakukan permintaan terhadap database.
Report, digunakan untuk menyajikan laporan yang sudah diolah sehingga dapat dicetak bila diperlukan.
KIAT PEMBUATAN DATABASE SECARA SEDERHANA
Buka Microsoft Access dengan memulai klik dari menu Start > AL Program
Setelah terbuka Microsoft Accses 2007 pilih Blank Database,
Tuliskan nama database yang akan dibuat pada kolom File Name
Klik tombol Create,maka muncul tampilan tabel dengan nama table 1.
Tampilan tsb dinamakan Datasheet view
MEMBUAT TABEL
Tampilan gambar table,selanjutnya mulailah menulis urutan pertama yang akan di buat
Setelah fiel diberi nama maka disimpan ( Save ),beri nama table tersebut
Hasil akhir bahwa data sudah disimpan
Untuk melihat tampilan data yang kita buat atau FORM dapat dibuat
Secara otomatis dengan cara sbb:
Klik CREATE
klik lagi table Design
Tuliskan Nama field yang anda inginkan.
Setelah diisi table diatas untuk melihat tampilan hasilnya.
kemudian pada tab Create > klik Form
Untuk melihat data selanjutnya klik tanda > yang ada dibawah tampilan
Selanjutnya pekerjaan kita sudah selesai
DENGAN ACCESS 2007
KIAT PEMBUATAN DATABASE SEDERHANA
1.Membuat Database
2.Membuat Tabel
3.Membuat Form
Database atau basis data adalah sebuah media penyimpanan yang harus digunakan dalam membangun system. Manfaat database adalah mempermudah pengguna aplikasi dalam mengolahdata yang sangat banyak. Pengolahan data base dapat berupapenambahan data,pengeditan data,dan penghapusan data.
Pengolahan database dapat menghasilkan informasi yang penting bagi suatu organisasi atau suatu perkantoran yang berbentuk laporan – laporan sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
ISTILAH – ISTILAH YANG BIASA DIGUNAKAN DALAM MICROSOFT ACCESS
Form,digunakan sebagaiinput data.
Query, digunakan untuk melakukan permintaan terhadap database.
Report, digunakan untuk menyajikan laporan yang sudah diolah sehingga dapat dicetak bila diperlukan.
KIAT PEMBUATAN DATABASE SECARA SEDERHANA
Buka Microsoft Access dengan memulai klik dari menu Start > AL Program
Setelah terbuka Microsoft Accses 2007 pilih Blank Database,
Tuliskan nama database yang akan dibuat pada kolom File Name
Klik tombol Create,maka muncul tampilan tabel dengan nama table 1.
Tampilan tsb dinamakan Datasheet view
MEMBUAT TABEL
Tampilan gambar table,selanjutnya mulailah menulis urutan pertama yang akan di buat
Setelah fiel diberi nama maka disimpan ( Save ),beri nama table tersebut
Hasil akhir bahwa data sudah disimpan
Untuk melihat tampilan data yang kita buat atau FORM dapat dibuat
Secara otomatis dengan cara sbb:
Klik CREATE
klik lagi table Design
Tuliskan Nama field yang anda inginkan.
Setelah diisi table diatas untuk melihat tampilan hasilnya.
kemudian pada tab Create > klik Form
Untuk melihat data selanjutnya klik tanda > yang ada dibawah tampilan
Selanjutnya pekerjaan kita sudah selesai
Anatomi pendidikan
TUGAS
ANATOMI PENDIDIKAN
1. Ketrampilan di dalam kepemimpinan (skill in leadership)
Dengan kekuatan kedudukan saja tidak dapat menjamin seorang pemimpin dapat mengorganisir unit-unit organisasi maupun anggota kelompok secara berhasil. Sukses tidaknya seorang pimpinan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mengaplikasikan fungsi-fungsi kepemimpinannya ke dalam proses kerjasama administratif maupun supervisi. Pada hakikatnya fungsi kepemimpinan yang harus dijalankan itu meliputi : usaha mempengaruhi, mendorong, menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain agar orang tersebut mau menerima pengaruh itu serta secara suka rela/antusias berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
2. Ketrampilan dalam hubungan manusiawi (skill in human relation)
Pemimpin berfungsi sebagai penggerak dari semua sumber dan alat-alat yang tersedia baik human maupun non human resources. Tanpa kehadiran pemimpin,mustahil kelompok orang-orang dalam organisasi itu dapat digerakkan secara efektif. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sukses tidaknya suatu organisasi sangat tergantung atas kemampuan para anggota pimpinannya untuk menggerakkan sumber-sumber dan alat-alat tersebut sehingga penggunaannya berjalan dengan efisien, ekonomis dan efektif. Dalam hal ini peranan hubungan manusiawi sangatlah berpengaruh terhadap kegiatan administrasi dan manajemen.Untuk merealisasikan ketrampilan dalam hubungan manusiawi ini dapat dilakukan dengan usaha-usaha konkret sebagai berikut :
1) Menanamkan dan memupuk sikap menghargai sesama anggota organisasi.
2) Mengembangkan perasaan saling mempercayai dengan anggota yang dipimpin maupun antar anggota itu sendiri.
3) Membantu guru-guru meningkatkan perkembangan sikap profesionalnya ke arah yang lebih baik.
4) Memupuk rasa persaudaraan yang terjalin lewat kegiatan organisasi.
5) Menghilangkan rasa saling mencurigai terhadap anggota maupun antara sesama anggota organisasi.
3. Ketrampilan dalam proses kelompok (skill in group process)
Kegiatan kepemimpinan berlangsung dalam situasi yang saling bergantungan antara unsur organisasi satu dan unsur yang lain. Terutama antara pimpinan dan orang yang dipimpin terjalin suatu ikatan ketergantungan antara dua pihak. Situasi kepemimpinan muncul karena adanya orang-orang yang dipimpin. Sebaliknya kelompok tanpa pemimpin dapat dikategorikan hanya sebagai kumpulan orang-orang belaka yang tidak punya pedoman, tujuan dan kendali tertentu, bahkan tidak akan terjadi interaksi di dalamnya. Dan secara esensial, kepemimpinan itu adalah suatu kualitas daripada proses kelompok. Atau dengan ungkapan lain : kepemimpinan merupakan fungsi/hasil interaksi yang terjadi dalam kelompok yang terorganisir. Oleh sebab itu, dapat tidaknya seorang pemimpin menciptakan situasi kepemimpinan yang aktual sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mengatur proses kelompok yang dipimpin. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah hendaknya mampu menggalang kerjasama yang harmonis di tengah tengah anggota kelompok dan berusaha menerapkan proses kepemimpinan yang demokratis, terutama dalam aktivitas penganalisaan masalah dan pengambilan keputusan. Konkretnya, wujud daripada ketrampilan dalam proses kelompok akan terlihat dalam setiap kesempatannya memimpin kegiatan-kegiatan kelompok seperti : diskusi, seminar, lokakarya ataupun musyawarah kerja. Ia harus memiliki ketrampilan dalam : 1) Membangkitkan semangat kerja dalam kelompok.2) Merumuskan bersama tujuan yang akan dicapai.3) Merencanakan bersama.4) Mengambil keputusan bersama.5) Menciptakan tanggung jawab bersama.6) Menilai dan merevisi bersama rencana-rencana ke arah terwujudnya tujuan yang telah ditetapkan bersama.
4. Ketrampilan dalam administrasi personil (skill in personal administration)
Walaupun di satu pihak, proses pengangkatan, pengadaan dan pembinaan pegawai itu biasanya dilaksanakan oleh aparat pemerintah tertentu, bukan berarti para pimpinan organisasi tidak perlu memahami dan menguasai strategi dan taktik-taktik dalam mengadakan maupun membina personilnya. Seorang pemimpin tidak hanya berhadapan langsung pada urusan material, akan tetapi menyangkut pula sektor-sektor lain di bidang kepegawaian yang secara sistematis menuntut penanganan khusus, mulai dari proses pengadaannya sampai dengan pemberhentiannya. Kunci keberhasilan organisasi terletak pada aspek manusia. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus pula mengerti dan mampu mengelola kegiatan kepegawaian itu. Dalam hal ini pengelolaan kepegawaian dibatasi sebagai segenap aktivitas penggunaan tenaga manusia dalam usaha kerjasama untuk mencapai tujuan. Kegiatan ini meliputi : penerimaan, pengembangan,pemberian balas jasa dan pemberhentian.
5. Ketrampilan dalam penilaian (skill in evaluation)
Seorang pemimpin di bidang pendidikan hendaknya mempunyai kecakapan dalam menilai diri sendiri, orang lain maupun program yang telah diselenggarakan. Dengan demikian ia dapat membina dirinya sendiri, membantu orang-orang yang dipimpinnya mengadakan perbaikan. Di samping itu, bersama stafnya ia dapat memonitor, menilai program yang dilaksanakan maupun hasil yang dicapai itu : apakah sesuai dengan rencana semula. Hasil penilaian ini akan dijadikan bahan pertimbangan untuk mengadakan modifikasi program penyempurnaan langkah-langkah kegiatan, demi terwujudnya cita-cita organisasi yang sesungguhnya.Pentingnya ketrampilan dalam penilaian ini akan jelas terlihat manakala dihubungkan dengan tugas-tugas kepemimpinan lainnya. Melalui ketrampilan ini pemimpin dapat menemukan jawaban dari hambatan kegiatan yang dilakukan. Sehingga akan memungkinkan terbentuknya langkah-langkah perbaikan dan pembinaan program. Dalam jenis ketrampilan penilaian ini seorang pemimpin harus mampu :
1. Merumuskan tujuan dan norma untuk mempertimbangkan perubahan.
2. Mengumpulkan data perubahan.
3. Meneliti seberapa jauh standar yang telah ditetapkan dapat dicapai.
4. Mengadakan modifikasi, dan hasil penilaian.
Rabu, 14 Januari 2009
Pengembangan Soft Skill dalam Pembelajaran
Atribut soft skill sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Atribut tersebut dapat berubah jika yang bersangkutan mau mengubahnya. Atribut ini juga dapat dikembangkan menjadi karakter seseorang. Bagaimana mengubah atau mengembangkannya? Tidak lain tidak bukan, harus diasah dan dipraktekkan oleh setiap individu yang belajar atau ingin mengembangkannya. Salah satu ajang yang cukup baik untuk mengembangkan soft skill adalah melalui pembelajaran dengan segala aktivitasnya dan lembaga kesiswaan.
Soft skill merupakan kemampuan khusus, diantaranya meliputi social interaction, ketrampilan teknis dan managerial. Kemampuan ini adalah salah satu hal yang harus dimiliki tiap siswa dalam memasuki dunia kerja. Seperti diungkapkan Nasution (2006) dalam seminar soft skill ”Kunci Menuju Sukses” yang disenggarakan di ITS. Hakim memberikan gambaran mengenai persentase kemampuan seorang siswa yang diperoleh dari kampus mereka. Berdasarkan data yang diadopsi dari Havard School of Bisnis, kemampuan dan keterampilan yang diberikan di bangku pembelajaran, 90 persen adalah kemampuan teknis dan sisanya soft skill. Padahal, yang nantinya diperlukan untuk menghadapi dunia kerja yaitu hanya sekitar 15 persen kemampuan hard skill. Dari data tersebut, lanjutnya, dapat menarik benang merah bahwa dalam memasuki dunia kerja soft skill-lah yang mempunyai peran yang lebih dominan.
Untuk mendiseminasikan soft skill pada para siswa, faktor yang sangat berpengaruh adalah dimulai dari guru. Maka, Ichsan yang juga turut merumuskan pengembangan soft skill di ITB, mendukung pelaksanaan pelatihan bagi para guru supaya mengerti lebih jauh tentang soft skill. Menurutnya, guru harus bisa jadi living example. Dari mulai datang tepat waktu, mengoreksi tugas, dan sebagainya. Bukan apa-apa, kemampuan presentasi dan menulis siswa masih banyak yang belum bagus. Guru juga harus bisa melatih siswa supaya asertif, supaya berani membicarakan ide. Fenomena siswa menyontek juga jangan dianggap biasa, ini masuk faktor kejujuran dan etika dalam soft skill.
Lihat di Indonesia, korupsi begitu menjamur, karena orang sudah terbiasa tidak jujur sejak masa sekolah.
Soft skill yang diberikan kepada para siswa dapat diintegrasikan dengan materi pembelajaran. Menurut Saillah (2007), materi soft skill yang perlu dikembangkan kepada para siswa, tidak lain adalah penanaman sikap jujur, kemampuan berkomunikasi, dan komitmen. Untuk mengembangkan soft skill dengan pembelajaran, perlu dilakukan perencanaan yang melibatkan para guru, siswa, alumni, dan dunia kerja, untuk mengidentifikasi pengembangan soft skill yang relevan.
Tentu saja pengidentifikasian tersebut bukan sesuatu yang “hitam-putih”, tetapi lebih merupakan kesepakatan. Dengan asumsi semua guru memahami betul “isi” pembelajaran yang dibina dan “memahami” konsep soft skill beserta komponen-komponennya, maka pengisian akan berlangung objektif dan cermat. Dengan cara itu setiap guru mengetahui komponen soft skill apa yang harus dikembangkan ketika mengajar.
Hard skill dapat dinilai dari technical test atau practical test. Bagaimana untuk menilai soft skill siswa? Evaluasi dengan kertas dan pensil dengan jawaban tunggal (konvergen) tidak cukup. Perlu dilengkapi dengan model soal yang divergen dengan jawaban beragam. Ketika siswa mengidentifikasi informasi, sangat mungkin hasilnya beragam dan semuanya benar. Demikian pula ketika siswa menyampaikan pendapat. Komponen kesadaran diri juga lebih dekat dengan ranah afektif, sehingga evaluasinya tidak dapat hanya dengan tes. Diperlukan format observasi guna mengetahui apakah siswa memang sudah menghayati yang direpresentasikan dalam tindakan keseharian. Tes kinerja dan lembar observasi juga diperlukan untuk mengetahui kinerja siswa dalam mengerjakan tugas/tes maupun perilaku keseharian. Substansi ujian sebaiknya dikaitkan dengan masalah nyata, sehingga dapat menjadi bentuk authentic evaluation paling tidak berupa shadow authentic evaluation yang bersifat pemecahan masalah (problem based).
Cara lain untuk menilai soft skill yang dimiliki oleh siswa dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara yang mendalam dan menyeluruh dengan pendekatan behavioral interview. Dengan behavioral interview, diharapkan siswa lulus tidak hanya memiliki hard skill namun juga didukung oleh soft skill yang baik.
Diposkan oleh Anwar Holil di 00.02
Kimball Wiles mengelompokkan ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan
kepala sekolah dalam membina situasi pendidikan dan pengajaran menjadi 5 jenis
ketrampilan, yaitu :
1. Ketrampilan di dalam kepemimpinan (skill in leadership)
Dengan kekuatan kedudukan saja tidak dapat menjamin seorang pemimpin
dapat mengorganisir unit-unit organisasi maupun anggota kelompok secara
berhasil. Sukses tidaknya seorang pimpinan sangat ditentukan oleh
kemampuannya dalam mengaplikasikan fungsi-fungsi kepemimpinannya ke
dalam proses kerjasama administratif maupun supervisi. Pada hakikatnya fungsi
kepemimpinan yang harus dijalankan itu meliputi : usaha mempengaruhi,
mendorong, menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain agar orang
tersebut mau menerima pengaruh itu serta secara suka rela/antusias berbuat
sesuatu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
2. Ketrampilan dalam hubungan manusiawi (skill in human relation)
Pemimpin berfungsi sebagai penggerak dari semua sumber dan alat-alat yang
tersedia baik human maupun non human resources. Tanpa kehadiran pemimpin,
mustahil kelompok orang-orang dalam organisasi itu dapat digerakkan secara
efektif. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sukses tidaknya suatu organisasi
sangat tergantung atas kemampuan para anggota pimpinannya untuk
menggerakkan sumber-sumber dan alat-alat tersebut sehingga penggunaannya
berjalan dengan efisien, ekonomis dan efektif. Dalam hal ini peranan hubungan
manusiawi sangatlah berpengaruh terhadap kegiatan administrasi dan manajemen.
Untuk merealisasikan ketrampilan dalam hubungan manusiawi ini dapat
dilakukan dengan usaha-usaha konkret sebagai berikut :
1) Menanamkan dan memupuk sikap menghargai sesama anggota organisasi.
2) Mengembangkan perasaan saling mempercayai dengan anggota yang
dipimpin maupun antar anggota itu sendiri.
3) Membantu guru-guru meningkatkan perkembangan sikap profesionalnya ke
arah yang lebih baik.
4) Memupuk rasa persaudaraan yang terjalin lewat kegiatan organisasi.
5) Menghilangkan rasa saling mencurigai terhadap anggota maupun antara
sesama anggota organisasi.
3. Ketrampilan dalam proses kelompok (skill in group process)
Kegiatan kepemimpinan berlangsung dalam situasi yang saling bergantungan
antara unsur organisasi satu dan unsur yang lain. Terutama antara pimpinan dan
orang yang dipimpin terjalin suatu ikatan ketergantungan antara dua pihak. Situasi
kepemimpinan muncul karena adanya orang-orang yang dipimpin. Sebaliknya
kelompok tanpa pemimpin dapat dikategorikan hanya sebagai kumpulan orangorang
belaka yang tidak punya pedoman, tujuan dan kendali tertentu, bahkan
tidak akan terjadi interaksi di dalamnya. Dan secara esensial, kepemimpinan itu
adalah suatu kualitas daripada proses kelompok. Atau dengan ungkapan lain :
kepemimpinan merupakan fungsi/hasil interaksi yang terjadi dalam kelompok
yang terorganisir. Oleh sebab itu, dapat tidaknya seorang pemimpin menciptakan
situasi kepemimpinan yang aktual sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam
mengatur proses kelompok yang dipimpin. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala
sekolah hendaknya mampu menggalang kerjasama yang harmonis di tengahtengah
anggota kelompok dan berusaha menerapkan proses kepemimpinan yang
demokratis, terutama dalam aktivitas penganalisaan masalah dan pengambilan
keputusan. Konkretnya, wujud daripada ketrampilan dalam proses kelompok akan
terlihat dalam setiap kesempatannya memimpin kegiatan-kegiatan kelompok
seperti : diskusi, seminar, lokakarya ataupun musyawarah kerja. Ia harus memiliki
ketrampilan dalam :
1) Membangkitkan semangat kerja dalam kelompok.
2) Merumuskan bersama tujuan yang akan dicapai.
3) Merencanakan bersama.
4) Mengambil keputusan bersama.
5) Menciptakan tanggung jawab bersama.
6) Menilai dan merevisi bersama rencana-rencana ke arah terwujudnya
tujuan yang telah ditetapkan bersama.
4. Ketrampilan dalam administrasi personil (skill in personal administration)
Walaupun di satu pihak, proses pengangkatan, pengadaan dan pembinaan
pegawai itu biasanya dilaksanakan oleh aparat pemerintah tertentu, bukan berarti
para pimpinan organisasi tidak perlu memahami dan menguasai strategi dan
taktik-taktik dalam mengadakan maupun membina personilnya. Seorang
pemimpin tidak hanya berhadapan langsung pada urusan material, akan tetapi
17
menyangkut pula sektor-sektor lain di bidang kepegawaian yang secara sistematis
menuntut penanganan khusus, mulai dari proses pengadaannya sampai dengan
pemberhentiannya. Kunci keberhasilan organisasi terletak pada aspek manusia.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus pula mengerti dan mampu mengelola
kegiatan kepegawaian itu. Dalam hal ini pengelolaan kepegawaian dibatasi
sebagai segenap aktivitas penggunaan tenaga manusia dalam usaha kerjasama
untuk mencapai tujuan. Kegiatan ini meliputi : penerimaan, pengembangan,
pemberian balas jasa dan pemberhentian.
5. Ketrampilan dalam penilaian (skill in evaluation)
Seorang pemimpin di bidang pendidikan hendaknya mempunyai kecakapan
dalam menilai diri sendiri, orang lain maupun program yang telah
diselenggarakan. Dengan demikian ia dapat membina dirinya sendiri, membantu
orang-orang yang dipimpinnya mengadakan perbaikan. Di samping itu, bersama
stafnya ia dapat memonitor, menilai program yang dilaksanakan maupun hasil
yang dicapai itu : apakah sesuai dengan rencana semula. Hasil penilaian ini akan
dijadikan bahan pertimbangan untuk mengadakan modifikasi program
penyempurnaan langkah-langkah kegiatan, demi terwujudnya cita-cita organisasi
yang sesungguhnya.
Pentingnya ketrampilan dalam penilaian ini akan jelas terlihat manakala
dihubungkan dengan tugas-tugas kepemimpinan lainnya. Melalui ketrampilan ini
pemimpin dapat menemukan jawaban dari hambatan kegiatan yang dilakukan.
Sehingga akan memungkinkan terbentuknya langkah-langkah perbaikan dan
18
pembinaan program. Dalam jenis ketrampilan penilaian ini seorang pemimpin
harus mampu :
1. Merumuskan tujuan dan norma untuk mempertimbangkan perubahan.
2. Mengumpulkan data perubahan.
3. Meneliti seberapa jauh standar yang telah ditetapkan dapat dicapai.
4. Mengadakan modifikasi, dan hasil penilaian.
ANATOMI PENDIDIKAN
1. Ketrampilan di dalam kepemimpinan (skill in leadership)
Dengan kekuatan kedudukan saja tidak dapat menjamin seorang pemimpin dapat mengorganisir unit-unit organisasi maupun anggota kelompok secara berhasil. Sukses tidaknya seorang pimpinan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mengaplikasikan fungsi-fungsi kepemimpinannya ke dalam proses kerjasama administratif maupun supervisi. Pada hakikatnya fungsi kepemimpinan yang harus dijalankan itu meliputi : usaha mempengaruhi, mendorong, menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain agar orang tersebut mau menerima pengaruh itu serta secara suka rela/antusias berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
2. Ketrampilan dalam hubungan manusiawi (skill in human relation)
Pemimpin berfungsi sebagai penggerak dari semua sumber dan alat-alat yang tersedia baik human maupun non human resources. Tanpa kehadiran pemimpin,mustahil kelompok orang-orang dalam organisasi itu dapat digerakkan secara efektif. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sukses tidaknya suatu organisasi sangat tergantung atas kemampuan para anggota pimpinannya untuk menggerakkan sumber-sumber dan alat-alat tersebut sehingga penggunaannya berjalan dengan efisien, ekonomis dan efektif. Dalam hal ini peranan hubungan manusiawi sangatlah berpengaruh terhadap kegiatan administrasi dan manajemen.Untuk merealisasikan ketrampilan dalam hubungan manusiawi ini dapat dilakukan dengan usaha-usaha konkret sebagai berikut :
1) Menanamkan dan memupuk sikap menghargai sesama anggota organisasi.
2) Mengembangkan perasaan saling mempercayai dengan anggota yang dipimpin maupun antar anggota itu sendiri.
3) Membantu guru-guru meningkatkan perkembangan sikap profesionalnya ke arah yang lebih baik.
4) Memupuk rasa persaudaraan yang terjalin lewat kegiatan organisasi.
5) Menghilangkan rasa saling mencurigai terhadap anggota maupun antara sesama anggota organisasi.
3. Ketrampilan dalam proses kelompok (skill in group process)
Kegiatan kepemimpinan berlangsung dalam situasi yang saling bergantungan antara unsur organisasi satu dan unsur yang lain. Terutama antara pimpinan dan orang yang dipimpin terjalin suatu ikatan ketergantungan antara dua pihak. Situasi kepemimpinan muncul karena adanya orang-orang yang dipimpin. Sebaliknya kelompok tanpa pemimpin dapat dikategorikan hanya sebagai kumpulan orang-orang belaka yang tidak punya pedoman, tujuan dan kendali tertentu, bahkan tidak akan terjadi interaksi di dalamnya. Dan secara esensial, kepemimpinan itu adalah suatu kualitas daripada proses kelompok. Atau dengan ungkapan lain : kepemimpinan merupakan fungsi/hasil interaksi yang terjadi dalam kelompok yang terorganisir. Oleh sebab itu, dapat tidaknya seorang pemimpin menciptakan situasi kepemimpinan yang aktual sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mengatur proses kelompok yang dipimpin. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah hendaknya mampu menggalang kerjasama yang harmonis di tengah tengah anggota kelompok dan berusaha menerapkan proses kepemimpinan yang demokratis, terutama dalam aktivitas penganalisaan masalah dan pengambilan keputusan. Konkretnya, wujud daripada ketrampilan dalam proses kelompok akan terlihat dalam setiap kesempatannya memimpin kegiatan-kegiatan kelompok seperti : diskusi, seminar, lokakarya ataupun musyawarah kerja. Ia harus memiliki ketrampilan dalam : 1) Membangkitkan semangat kerja dalam kelompok.2) Merumuskan bersama tujuan yang akan dicapai.3) Merencanakan bersama.4) Mengambil keputusan bersama.5) Menciptakan tanggung jawab bersama.6) Menilai dan merevisi bersama rencana-rencana ke arah terwujudnya tujuan yang telah ditetapkan bersama.
4. Ketrampilan dalam administrasi personil (skill in personal administration)
Walaupun di satu pihak, proses pengangkatan, pengadaan dan pembinaan pegawai itu biasanya dilaksanakan oleh aparat pemerintah tertentu, bukan berarti para pimpinan organisasi tidak perlu memahami dan menguasai strategi dan taktik-taktik dalam mengadakan maupun membina personilnya. Seorang pemimpin tidak hanya berhadapan langsung pada urusan material, akan tetapi menyangkut pula sektor-sektor lain di bidang kepegawaian yang secara sistematis menuntut penanganan khusus, mulai dari proses pengadaannya sampai dengan pemberhentiannya. Kunci keberhasilan organisasi terletak pada aspek manusia. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus pula mengerti dan mampu mengelola kegiatan kepegawaian itu. Dalam hal ini pengelolaan kepegawaian dibatasi sebagai segenap aktivitas penggunaan tenaga manusia dalam usaha kerjasama untuk mencapai tujuan. Kegiatan ini meliputi : penerimaan, pengembangan,pemberian balas jasa dan pemberhentian.
5. Ketrampilan dalam penilaian (skill in evaluation)
Seorang pemimpin di bidang pendidikan hendaknya mempunyai kecakapan dalam menilai diri sendiri, orang lain maupun program yang telah diselenggarakan. Dengan demikian ia dapat membina dirinya sendiri, membantu orang-orang yang dipimpinnya mengadakan perbaikan. Di samping itu, bersama stafnya ia dapat memonitor, menilai program yang dilaksanakan maupun hasil yang dicapai itu : apakah sesuai dengan rencana semula. Hasil penilaian ini akan dijadikan bahan pertimbangan untuk mengadakan modifikasi program penyempurnaan langkah-langkah kegiatan, demi terwujudnya cita-cita organisasi yang sesungguhnya.Pentingnya ketrampilan dalam penilaian ini akan jelas terlihat manakala dihubungkan dengan tugas-tugas kepemimpinan lainnya. Melalui ketrampilan ini pemimpin dapat menemukan jawaban dari hambatan kegiatan yang dilakukan. Sehingga akan memungkinkan terbentuknya langkah-langkah perbaikan dan pembinaan program. Dalam jenis ketrampilan penilaian ini seorang pemimpin harus mampu :
1. Merumuskan tujuan dan norma untuk mempertimbangkan perubahan.
2. Mengumpulkan data perubahan.
3. Meneliti seberapa jauh standar yang telah ditetapkan dapat dicapai.
4. Mengadakan modifikasi, dan hasil penilaian.
Rabu, 14 Januari 2009
Pengembangan Soft Skill dalam Pembelajaran
Atribut soft skill sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Atribut tersebut dapat berubah jika yang bersangkutan mau mengubahnya. Atribut ini juga dapat dikembangkan menjadi karakter seseorang. Bagaimana mengubah atau mengembangkannya? Tidak lain tidak bukan, harus diasah dan dipraktekkan oleh setiap individu yang belajar atau ingin mengembangkannya. Salah satu ajang yang cukup baik untuk mengembangkan soft skill adalah melalui pembelajaran dengan segala aktivitasnya dan lembaga kesiswaan.
Soft skill merupakan kemampuan khusus, diantaranya meliputi social interaction, ketrampilan teknis dan managerial. Kemampuan ini adalah salah satu hal yang harus dimiliki tiap siswa dalam memasuki dunia kerja. Seperti diungkapkan Nasution (2006) dalam seminar soft skill ”Kunci Menuju Sukses” yang disenggarakan di ITS. Hakim memberikan gambaran mengenai persentase kemampuan seorang siswa yang diperoleh dari kampus mereka. Berdasarkan data yang diadopsi dari Havard School of Bisnis, kemampuan dan keterampilan yang diberikan di bangku pembelajaran, 90 persen adalah kemampuan teknis dan sisanya soft skill. Padahal, yang nantinya diperlukan untuk menghadapi dunia kerja yaitu hanya sekitar 15 persen kemampuan hard skill. Dari data tersebut, lanjutnya, dapat menarik benang merah bahwa dalam memasuki dunia kerja soft skill-lah yang mempunyai peran yang lebih dominan.
Untuk mendiseminasikan soft skill pada para siswa, faktor yang sangat berpengaruh adalah dimulai dari guru. Maka, Ichsan yang juga turut merumuskan pengembangan soft skill di ITB, mendukung pelaksanaan pelatihan bagi para guru supaya mengerti lebih jauh tentang soft skill. Menurutnya, guru harus bisa jadi living example. Dari mulai datang tepat waktu, mengoreksi tugas, dan sebagainya. Bukan apa-apa, kemampuan presentasi dan menulis siswa masih banyak yang belum bagus. Guru juga harus bisa melatih siswa supaya asertif, supaya berani membicarakan ide. Fenomena siswa menyontek juga jangan dianggap biasa, ini masuk faktor kejujuran dan etika dalam soft skill.
Lihat di Indonesia, korupsi begitu menjamur, karena orang sudah terbiasa tidak jujur sejak masa sekolah.
Soft skill yang diberikan kepada para siswa dapat diintegrasikan dengan materi pembelajaran. Menurut Saillah (2007), materi soft skill yang perlu dikembangkan kepada para siswa, tidak lain adalah penanaman sikap jujur, kemampuan berkomunikasi, dan komitmen. Untuk mengembangkan soft skill dengan pembelajaran, perlu dilakukan perencanaan yang melibatkan para guru, siswa, alumni, dan dunia kerja, untuk mengidentifikasi pengembangan soft skill yang relevan.
Tentu saja pengidentifikasian tersebut bukan sesuatu yang “hitam-putih”, tetapi lebih merupakan kesepakatan. Dengan asumsi semua guru memahami betul “isi” pembelajaran yang dibina dan “memahami” konsep soft skill beserta komponen-komponennya, maka pengisian akan berlangung objektif dan cermat. Dengan cara itu setiap guru mengetahui komponen soft skill apa yang harus dikembangkan ketika mengajar.
Hard skill dapat dinilai dari technical test atau practical test. Bagaimana untuk menilai soft skill siswa? Evaluasi dengan kertas dan pensil dengan jawaban tunggal (konvergen) tidak cukup. Perlu dilengkapi dengan model soal yang divergen dengan jawaban beragam. Ketika siswa mengidentifikasi informasi, sangat mungkin hasilnya beragam dan semuanya benar. Demikian pula ketika siswa menyampaikan pendapat. Komponen kesadaran diri juga lebih dekat dengan ranah afektif, sehingga evaluasinya tidak dapat hanya dengan tes. Diperlukan format observasi guna mengetahui apakah siswa memang sudah menghayati yang direpresentasikan dalam tindakan keseharian. Tes kinerja dan lembar observasi juga diperlukan untuk mengetahui kinerja siswa dalam mengerjakan tugas/tes maupun perilaku keseharian. Substansi ujian sebaiknya dikaitkan dengan masalah nyata, sehingga dapat menjadi bentuk authentic evaluation paling tidak berupa shadow authentic evaluation yang bersifat pemecahan masalah (problem based).
Cara lain untuk menilai soft skill yang dimiliki oleh siswa dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara yang mendalam dan menyeluruh dengan pendekatan behavioral interview. Dengan behavioral interview, diharapkan siswa lulus tidak hanya memiliki hard skill namun juga didukung oleh soft skill yang baik.
Diposkan oleh Anwar Holil di 00.02
Kimball Wiles mengelompokkan ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan
kepala sekolah dalam membina situasi pendidikan dan pengajaran menjadi 5 jenis
ketrampilan, yaitu :
1. Ketrampilan di dalam kepemimpinan (skill in leadership)
Dengan kekuatan kedudukan saja tidak dapat menjamin seorang pemimpin
dapat mengorganisir unit-unit organisasi maupun anggota kelompok secara
berhasil. Sukses tidaknya seorang pimpinan sangat ditentukan oleh
kemampuannya dalam mengaplikasikan fungsi-fungsi kepemimpinannya ke
dalam proses kerjasama administratif maupun supervisi. Pada hakikatnya fungsi
kepemimpinan yang harus dijalankan itu meliputi : usaha mempengaruhi,
mendorong, menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain agar orang
tersebut mau menerima pengaruh itu serta secara suka rela/antusias berbuat
sesuatu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
2. Ketrampilan dalam hubungan manusiawi (skill in human relation)
Pemimpin berfungsi sebagai penggerak dari semua sumber dan alat-alat yang
tersedia baik human maupun non human resources. Tanpa kehadiran pemimpin,
mustahil kelompok orang-orang dalam organisasi itu dapat digerakkan secara
efektif. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sukses tidaknya suatu organisasi
sangat tergantung atas kemampuan para anggota pimpinannya untuk
menggerakkan sumber-sumber dan alat-alat tersebut sehingga penggunaannya
berjalan dengan efisien, ekonomis dan efektif. Dalam hal ini peranan hubungan
manusiawi sangatlah berpengaruh terhadap kegiatan administrasi dan manajemen.
Untuk merealisasikan ketrampilan dalam hubungan manusiawi ini dapat
dilakukan dengan usaha-usaha konkret sebagai berikut :
1) Menanamkan dan memupuk sikap menghargai sesama anggota organisasi.
2) Mengembangkan perasaan saling mempercayai dengan anggota yang
dipimpin maupun antar anggota itu sendiri.
3) Membantu guru-guru meningkatkan perkembangan sikap profesionalnya ke
arah yang lebih baik.
4) Memupuk rasa persaudaraan yang terjalin lewat kegiatan organisasi.
5) Menghilangkan rasa saling mencurigai terhadap anggota maupun antara
sesama anggota organisasi.
3. Ketrampilan dalam proses kelompok (skill in group process)
Kegiatan kepemimpinan berlangsung dalam situasi yang saling bergantungan
antara unsur organisasi satu dan unsur yang lain. Terutama antara pimpinan dan
orang yang dipimpin terjalin suatu ikatan ketergantungan antara dua pihak. Situasi
kepemimpinan muncul karena adanya orang-orang yang dipimpin. Sebaliknya
kelompok tanpa pemimpin dapat dikategorikan hanya sebagai kumpulan orangorang
belaka yang tidak punya pedoman, tujuan dan kendali tertentu, bahkan
tidak akan terjadi interaksi di dalamnya. Dan secara esensial, kepemimpinan itu
adalah suatu kualitas daripada proses kelompok. Atau dengan ungkapan lain :
kepemimpinan merupakan fungsi/hasil interaksi yang terjadi dalam kelompok
yang terorganisir. Oleh sebab itu, dapat tidaknya seorang pemimpin menciptakan
situasi kepemimpinan yang aktual sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam
mengatur proses kelompok yang dipimpin. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala
sekolah hendaknya mampu menggalang kerjasama yang harmonis di tengahtengah
anggota kelompok dan berusaha menerapkan proses kepemimpinan yang
demokratis, terutama dalam aktivitas penganalisaan masalah dan pengambilan
keputusan. Konkretnya, wujud daripada ketrampilan dalam proses kelompok akan
terlihat dalam setiap kesempatannya memimpin kegiatan-kegiatan kelompok
seperti : diskusi, seminar, lokakarya ataupun musyawarah kerja. Ia harus memiliki
ketrampilan dalam :
1) Membangkitkan semangat kerja dalam kelompok.
2) Merumuskan bersama tujuan yang akan dicapai.
3) Merencanakan bersama.
4) Mengambil keputusan bersama.
5) Menciptakan tanggung jawab bersama.
6) Menilai dan merevisi bersama rencana-rencana ke arah terwujudnya
tujuan yang telah ditetapkan bersama.
4. Ketrampilan dalam administrasi personil (skill in personal administration)
Walaupun di satu pihak, proses pengangkatan, pengadaan dan pembinaan
pegawai itu biasanya dilaksanakan oleh aparat pemerintah tertentu, bukan berarti
para pimpinan organisasi tidak perlu memahami dan menguasai strategi dan
taktik-taktik dalam mengadakan maupun membina personilnya. Seorang
pemimpin tidak hanya berhadapan langsung pada urusan material, akan tetapi
17
menyangkut pula sektor-sektor lain di bidang kepegawaian yang secara sistematis
menuntut penanganan khusus, mulai dari proses pengadaannya sampai dengan
pemberhentiannya. Kunci keberhasilan organisasi terletak pada aspek manusia.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus pula mengerti dan mampu mengelola
kegiatan kepegawaian itu. Dalam hal ini pengelolaan kepegawaian dibatasi
sebagai segenap aktivitas penggunaan tenaga manusia dalam usaha kerjasama
untuk mencapai tujuan. Kegiatan ini meliputi : penerimaan, pengembangan,
pemberian balas jasa dan pemberhentian.
5. Ketrampilan dalam penilaian (skill in evaluation)
Seorang pemimpin di bidang pendidikan hendaknya mempunyai kecakapan
dalam menilai diri sendiri, orang lain maupun program yang telah
diselenggarakan. Dengan demikian ia dapat membina dirinya sendiri, membantu
orang-orang yang dipimpinnya mengadakan perbaikan. Di samping itu, bersama
stafnya ia dapat memonitor, menilai program yang dilaksanakan maupun hasil
yang dicapai itu : apakah sesuai dengan rencana semula. Hasil penilaian ini akan
dijadikan bahan pertimbangan untuk mengadakan modifikasi program
penyempurnaan langkah-langkah kegiatan, demi terwujudnya cita-cita organisasi
yang sesungguhnya.
Pentingnya ketrampilan dalam penilaian ini akan jelas terlihat manakala
dihubungkan dengan tugas-tugas kepemimpinan lainnya. Melalui ketrampilan ini
pemimpin dapat menemukan jawaban dari hambatan kegiatan yang dilakukan.
Sehingga akan memungkinkan terbentuknya langkah-langkah perbaikan dan
18
pembinaan program. Dalam jenis ketrampilan penilaian ini seorang pemimpin
harus mampu :
1. Merumuskan tujuan dan norma untuk mempertimbangkan perubahan.
2. Mengumpulkan data perubahan.
3. Meneliti seberapa jauh standar yang telah ditetapkan dapat dicapai.
4. Mengadakan modifikasi, dan hasil penilaian.
Langganan:
Postingan (Atom)