cari sesukamu

Selamat bergabung di Cerita tentang Kita semua.

Selamat bergabung di Cerita tentang Kita semua,kalau ada yang mau bergabung,berbagi pengalaman,menyampaikan pesan atau wejangan ayoo,mari kita isi bersama Blogger ini yaa,terimakasih telah membuka blogger ini.

PUTRIKU YANG "AYU"

PUTRIKU YANG "AYU"
BERI SEMANGAT DONK ...!!!!

ANANDA KU GANTENGKAN???

ANANDA KU GANTENGKAN???
INI PEKERJA BANGET LHO !!!

Senin, 06 Desember 2010

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja di Provinsi Bengkulu Masih Rendah

WHO mendefinisikan masa remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak
ke masa dewasa dengan batasan usia 10-24 tahun, kesehatan usia 15 – 24
tahun.
Hasil proyeksi Supas 2005 jumlah remaja di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010
sejumlah 686.998 atau 40,10 % dari 1.713.393 jumlah sementara penduduk Provinsi Bengkulu
sensus penduduk 2010.
Masa remaja penuh permasalahan, remaja merupakan masa badai dan tekanan (strom and
stress);”Stanley Hall”, Pendapat lain masa remaja terjadi krisis identitas atau pencarian identitas
diri yang meliputi identity diffusion/confussion, moratorium, foreclosure dan identity
achieved”(Santrock, 2003, Papalia dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1998).
Setiap orang dijamin haknya untuk
dapat memiliki kemampuan dan kebebasan
untuk bereproduksi sesuai dengan yang
diinginkan. Sistem, fungsi dan proses
reproduksi mencapai kondisi sejahtera secara
fisik, mental dan sosial manakala didukung
pengetahuan dan pemahaman yang baik
terhadap kesehatan reproduksi.
Akil baligh menunjukkan organ dan
sistem reproduksi manusia telah berfungsi,
ditandai perubahan fisik dan non fisik.
Perubahan fisik berupa tumbuhnya rambut
disekitar kelamin dan ketiak, otot membesar,
suara membesar, pinggul dan payudara
membesar dan lain-lain. Perubahan non fisik
biasa ditandai menstruasi pada perempuan
dan mimpi basah pada laki-laki.
Dengan matangnya organ seksual
akan mengakibatkan munculnya dorongan
seksual, problemanya bagaimana
mengendalikan dorongan seksual bila
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
rendah.
Hasil Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007,
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
remaja pria di Provinsi Bengkulu terhadap ciri
akil balik dibandingkan remaja wanita rendah.
Tanda Akil Baligh Anak Laki-laki.
Pengetahuan remaja terhadap ciri akil
baligh masih terbatas pada perubahan fisik.
Ciri non fisik seperti menstruasi dan mimpi
basah belum banyak diketahui, terutama
remaja laki-laki. Pengetahuan remaja
perempuan terhadap menstruasi relatif tinggi,
namun remaja laki-laki masih rendah. Remaja
laki-laki yang mengetahui mimpi basah sekitar
16,9 persen, sedangkan yang merasa tidak
tahu perubahan tanda akil baligh sekitar 36
persen. Remaja perempuan yang mengetahui
mimpi basah 26,2 persen dan sekitar 18,2
persen menyatakan tidak tahu tanda akil
baligh. Remaja yang mengetahui hanya
w
Wanita Pria
Fisik 14,5 35,1
Mimpi Basah 26,2 16,9
Lainnya 41,1 12
Tidak Tahu 18,2 36
2
sebatas ciri-ciri fisik pada akil baligh laki-laki
pada remaja pria sebesar 35,1 persen dan
perempuan 14,5 persen.
Pengetahuan remaja wanita tentang
perubahan fisik laki-laki tertinggi perubahan
suara 58,4 persen, sedangkan untuk remaja
pria sebesar 26,6 persen.
Menstruasi menjadi ciri berfungsinya
sistem reproduksi pada wanita. Remaja lakilaki
yang mengetahui menstruasi sekitar 1,3
persen dan remaja perempuan sekitar 6,5
persen. Pengetahuan terhadap menstruasi
semakin meningkat seiring dengan
peningkatan umurnya, karena mereka pernah
mengalami menstruasi.
Pada hasil survey yang sama,
sebesar 29,2 % remaja pria mendapatkan
mimpi basah pertama kali umur 15 tahun ,
disusul umur 14 tahun sebesar 17,5 %,
sedangkan remaja wanita umur tertinggi
mendapatkan haid pertama kali umur 13
sebesar 29,2% disusul umur 14 tahun 25,2
persen.
Penyediaan informasi mengenai
kesehatan reproduksi bagi remaja memang
masih sangat terbatas. Selama ini informasi
mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja
masih terbatas berasal dari teman sebayanya,
yang mana tingkat pengetahuan dari teman
informasi yang diterima remaja tersebut
apakah sudah benar dan tepat. Keluarga dan
guru serta dari jajaran kesehatan yang
seharusnya berperan sebagai filter terhadap
informasi reproduksi belum maksimal.
Remaja di Provinsi Bengkulu hasil
SKRRI tahun 2007 yang mendapatkan
pengetahuan tentang perubahan fisik rata-rata
tertinggi dari kawan informasi tersebut didapat
masing-masing remaja wanita sebesar 47,9
persen dan remaja pria 38,5 persen, disusul
dari informasi tentang perubahan fisik berasal
dari guru untuk remaja wanita 48,8 persen dan
remaja pria 27 persen.
Remaja wanita lebih terbuka terhadap
ibu membahas masalah perubahan fisik
sebesar 38 persen dibandingkan remaja pria
0,7 persen, sedangkan ayah sebagai orang
tua kurang ada komunikasi dalam keluarga
membahas masalah perubahan fisik remaja,
remaja wanita yang melakukan komunikasi
dengan ayah hanya 3,5 persen dan untuk
remaja pria 1,2 persen.
Buku/majalah/surat kabar media
tertinggi dalam menyebarkan masalah remaja
baik wanita (12,8 persen) dan pria (3 persen)
disusul televise (7,2 persen dan 2,4 persen)
Wanita Pria
Kawan 47,9 38,5
Ibu 38 0,7
Ayah 3,5 1,2
Saudara Kandung 13 0,8
Kerabat 4,4 7,1
Guru 48,8 27
Petugas Kesehatan 0,6 2,8
Pemimpin Agama 0,4 0,7
Televisi 7,2 2,4
Radio 1,3 0,6
Buku/majalah/surat kabar 12,8 3
Wanita Pria
Fisik 57,5 46,4
Menstruasi 6,5 1,3
Lainnya 31,4 5,3
Tidak Tahu 4,6 47
3
Remaja pria yang pernah
mendiskusikan mengenai mimpi basah
tertinggi pada temannya sebesar 33,2 persen
dan 63,6 persen tidak pernah mendiskusikan
masalah mimpi basah, hanya 0,8 persen
mendiskusikan dengan ayah sedangkan untuk
ibu dan tenaga kesehatan tidak pernah
mendiskusikan, diskusi pada tenaga guru
sebesar 7 persen.
Pada kelompok remaja wanita
mendiskusikan tentang haid pada ibu tertinggi
(68,9 persen) disusul teman 26,4 persen,
hanya 0,4 persen yang mendiskusikan dengan
guru, 18,6 persen tidak satupun.
Rendahnya pengetahuan dan sikap
atas kesehatan reproduksi akan berdampak
pada perilaku terhadap hubungan seksual pra
nikah. Hubungan seks di luar pernikahan
menunjukkan tidak adanya rasa tanggung
jawab dan memunculkan rentetan persoalan
baru yang menyebabkan gangguan fisik dan
psikologis. Bahaya tindakan aborsi,
menyebarnya penyakit menular seksual,
rusaknya institusi pernikahan, serta
ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan
keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan
kebebasan hanya akan merusak tatanan
keluarga dan melahirkan generasi yang
terjauh dari sendi-sendi agama.
Hasil Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja (SKRRI) tahun 2007, dari responden
remaja wanita di Provinsi Bengkulu yang
setuju bahwa wanita melakukan hubungan
seksual sebelum menikah sebesar 0,7 persen
dan untuk pria 1,4 persen, sedangkan
pendapat dari responden remaja pria yang
menyatakan setuju wanita melakukan seksual
sebelum menikah 4,1 persen untuk pria 9,0
persen, alasan tertinggi karena menyukai
hubungan seksual 75,5 persen selanjutnya
merencanakan untuk menikah 74,4 persen.
Pandangan sebagian remaja yang
setuju melakukan hubungan seksual pra
nikah, menyebabkan sebagian remaja di
Provinsi Bengkulu telah melakukan hubungan
seksual pra nikah.
Remaja wanita 0,4 persen telah
melakukan hubungan seksual pra nikah
dengan umur dibawah 15 tahun, berada di
wilayah perdesaan 0,5 persen, dengan tingkat
pendidikan tidak tamat SMTA 0,6 persen.
Remaja pria yang telah melakukan
hubungan seksual pra nikah 20,4 persen,
sebesar 1,9 persen dilakukan dibawah umur
15 tahun dan tertinggi dilakukan pada umur
diatas 20 tahun sebesar 3,5 persen. Remaja
pria di perkotaan yang telah melakukan
hubungan seksual pra nikah sebesar 24,6
persen sedangkan sebesar 3 persen.
Remaja Pria tamatan SMTA keatas
tertinggi melakukan hubungan seksual pra
nikah sebesar 16,7 persen, disusul tidak tamat
4
SMTA 9,3 persen, tamat SD 2,5 persen dan
tidak sekolah/tidak tamat SD 2,2 persen.
Alasan yang disampaikan melakukan
hubungan seksual pra nikah tertinggi, karena
terjadi begitu saja 39,7 persen, disusul
penasaran ingin tahu 27,3 persen, pengaruh
teman 6,1 persen serta alasan lainnya 27
persen
Rekomendasi :
1. Sekolah merupakan institusi yang
tepat untuk memberikan pengetahuan
kepada remaja tentang kesehatan
reproduksi. Karena guru merupakan
sosok orang yang tepat dalam
menerangkan masalah reproduksi
yang sehat.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja pada
keluarga yang mempunyai anak
remaja melalui revitalisasi kelompok
Bina Keluarga Remaja dan PIK
Remaja, Kelompok KB Pria.
3. Menguatkan lembaga-lembaga
swadaya masyarakat baik tingkat RT,
Desa/Kelurahan dan institusi lainnya
tentang arti penting kesehatan
reproduksi remaja dan penanganan
ya.
4. Meningkatkan perilaku kesehatan
reproduksi pada remaja perdesaan
melalui kegiatan ekonomi
produksi/kesempatan kerja.
5. Penyebaran informasi tentang
kesehatan reproduksi remaja selain
melalui PIK Remaja, Risma, Karang
Taruna juga kelompok remaja rentan
(kelompok gang motor, punk dll)
dibawah bimbingan Institusi terkait
(Pemda, Bidan Desa, LSM).
6. Memasukkan ke dalam kurikulum
sekolah sejak dini (SD) tanpa
mengganggu kurikulum yang sudah
ada.
7. Meningkatkan baik kuantitas dan
kualitas konselor sebaya dan peer
group
8. Penyebaran materi Kespro melalui
media televesi, Surat kabar, media
tradisional
Agus. Bkl
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
Indonesia, 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar